Rabu, Desember 09, 2009

Konsep 5 W + 1 H dalam foto jurnalistik --- rangkuman catatanku

Black In News. Sobat mania, suatu ketika pagi hari yang cerah, aku bermaksud hunting foto di pelabuhan Tanjung Tembaga, Probolinggo. Hari itu memang hari Minggu, dan tentu aku gag masuk sekolah seperti biasanya. Kesempatan ini kugunakan buat santai bareng keluarga sekalian menyalurkan hobi fotografi ku. Tentu saja, kamera pocket, CANON siap di tangan.Aku sengaja datang pagi-pagi sekali. Memang sengaja biar dapat siluet yang bagus!! Nah, ketika objeknya ku alihkan ke aktivitas orang, yang memang makin ramai, ada anak seumuran SMP datang kepadaku. Sepertinya dia tertarik dengan aktivitas hunting fotoku.


Dia terheran-heran melihat aku yang bolak-balik ngambil foto jarak jauh dengan jarak dekat (makro). Dia tanya " Loh, kok moto kerang-kerang kecil mas??". Ku jawab " Oh, buat foto seni, foto artistik namanya". "Loh, kalau yang tadi juga seni? Seninya tadi mana?" tanya dia lagi sambil menuding orang-orang yang nyebur ke laut. " Oh, itu juga seni, tapi namanya foto jurnalistik". Jawabku sambil nyengar-nyengir.

Foto Jurnalistik ??? . Mungkin itu yang ia pikirkan. Dia diam. Mungkin dia tidak mau dianggap cerewet karena tanya-tanya melulu. Padahal, sedikit-sedikit, aku bisa menjelaskan tentang foto jurnalistik, daripada dia bengong seribu bahasa.


Saya bagikan di tulisan ini saja, foto jurnalistik itu apa dan kaitannya dengan konsep utama jurnalistik, 5 W + 1 H. Materi yang saya tulis ini sebenarnya rangkuman dari beberapa pelatihan yang pernah saya ikuti, dari catatan-catatan kecil pembicaraan teman-teman fotografer, dari diskusi probolinggophotoclub (club pecinta fotografi, seperti Black Community), dan pengalaman-pengalam saya ketika memotret.

Foto Jurnalistik adalah foto yang punya nilai berita (bisa menceritakan kejadian/peristiwa). Atau kejadian/peristiwa yang disajikan dalam bentuk foto merupakan foto jurnalistik.  Konsep utama dalam foto jurnalistik sama dengan konsep menulis berita, yaitu mempunyai unsur 5 W (what, who, where, when dan why) serta 1 H ( how). Selain itu, foto jurnalistik juga bersifat faktual, lebih-lebih makin tinggi nilai beritanya jika termuat dalam media.
Nilai berita dalam foto tentu berhubungan dengan :
1. Aktual
2. proximity atau kedekatan
3. Magnitude (daya tarik)
4. Ketokohan (popularitas, terkenal)
5. Sesuatu yang gag biasa, jarang terjadi
6. Unik
7. Human interest (aspek kemanusiaan)
8. empati
9. KOnflik, kontroversial
10. Dramatis

Foto jurnalistik bersifat reportase yang bertujuan menyampaikan informasi kepada khalayak umum. Namun foto aktual, bukan suatu keharusan, menurutku. Yang terpenting, berfungsi menjelaskan hal yang baru. foto jurnalistik harus tetap faktual, sesuai dengan fakta yang terjadi sesungguhnya.

Banyak sekali faktor yang perlu dipahami dalam konsep 5 W + 1 H sebagai wujud dari foto berita.

Sebuah Foto yang menjelaskan what (apa) bebrarti mempunyai pengertian dan berhubungan dengan benda. Sebagai contoh dalam mobil ringsek dalam peristiwa kecelakaan, uang palsu sebagai barang bukti, anak-anak sebagai korban jual beli anak dan masih banyak lagi.

Who berarti menjelaskan siapa orang yang bersangkutan. Who terkadang digambarkan dengan baju yang dipakai oleh orang, sehingga menunjukkan identitas orang itu sendiri. Misalnya, pakaian polisi, dokter atau hakim yang menjadi simbol identitas profesi. Simbolisasi tersebut sangat penting dalam foto, sebab hal itu memepunyai pemahaman terhadap foto yang lebih spesifik, lebih khusus.

Where berhubungan dengan lokasi dimana peristiwa itu terjadi. Unsur where biasanya ditampilakan sebagai background atau latar belakang dari Who dan what. Latar belakang itu bisa berupa jalan raya, pasar, perumahan dan lain sebagainya. Saya contohkan aplikasi Where, who dan what dalam foto.

Misalnya, terjadi kebakaran. Jika kita hanya memotret api, tanpa menampilkan pasar sebagai tempat terjadinya kebakaran, tentu foto tersebut dinilai belum bisa menjelaskan kebakaran itu secara mendetail. Akibatnya, si pemerhati foto belum yakin, apakah itu benar sebuah kebakaran atau hanya api dalam kompor,,, hehee....

Sebaliknya, jika hanya memerhatikan unsur who, yaitu hanya memotret orang yang berlarian  tanpa menghadirkan api atau pasar yang terbakar, pesan bahwa kejadian tersebut kebakaran tidak akan sampai kepada pemerhati foto. Bisa saja, pemerhati foto berpikir bahwa foto itu menampilkan tentang kepanikan orang ketika gempa, atau malah lomba lari maraton... hehee...

Pokoknya, foto yang baik adalah foto yang menggabungkan unsur who, where, what. Sebagai misal kebakaran tadi. Foto itu akan terlihat lebih baik jika kita memotret unsur who, orang yang berhamburan keluar pasar, dengan api sebagai unsur what dan pasar sebagai latar belakangnya.

Sedangkan When menceritakan kapan peristiwa terjadi. Tidak terlalu mendetail hingga jam, menit dan detik. Hanya berkisar siang dan malam. Busana atau gaya yang dipakai juga menampilkan waktu/zaman dari foto itu. Unsur How sendiri lebih banyak menyangkut interaksi antar orang, atau kejadian dan peristiwa.

Meski demikian, tidak semua unsur 5 W + 1 H bisa dihadirkan dalam foto jurnalistik. Yang terpenting adalah foto tersebut dapat menjelaskan secara mendetail tentang suatu peristiwa, dan bisa bisa dipahami baik oleh fotografer maupun pemerhati foto.

Inilah yang dapat saya rangkum, mudah-mudahan bermanfaat. Silahkan jika ada pertanyaan langsung koment.. Terima kasih..
Oh iya, satu lagi... Silahkan mengikuti lomba foto yang diadakan oleh Kompas "Muda", dengan hadiah 3 juta,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan sempatkan untuk memberi komentar..

jagoBlog.com