Sabtu, Juli 28, 2012

Sahur oh sahur...

Kata iklan di tipi-tipi, atau sering didengar dalam ceramah, bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah. Saya juga merasakan demikian, meski itu bukan sugesti dari iklan tipi. :P

Pasalnya begini, saya merasa apa yang masuk ke dalam mulut, berlanjut ke perut, sangat berbobot dibandingkan hari-hari bukan bulan Ramadhan. Belum lagi soal pengeluaran uang yang bisa diirit.  Mungkin ini yang dikatakan orang berkah. Pun dikatakan saya, hehe…

Berbobot : 
artinya sarat gizi. Sebagai anak kos, yang juga notabenenya tinggal di daerah yang kebutuhan hidupnya tinggi dan mahal-mahal, bisa makan rutin itu sudah luar biasa. Tiap hari makan sayur, tahu, tempe, kalau sarapan gorengan kering, kalau malam seiris ikan kecil, itu sudah berkah luar biasa. Alhamdulillah, saya masih memakan masakan yang halal. :)

Namun, semenjak di masjid Perumahan menyelenggarakan menu sahur gratis, semuanya terasa istimewa. Jangan dulu memikirkan lauknya apa. Gratis aja bisa jadi kabar yang paling menggembirakan rakyat kos-kosan. Apalagi kalau tahu lauknya. Ikan utuh, telur rebus bumbu merah utuh, mie “Menjangan”, aneka sayur, plus nasi dan kerupuk. Itupun kadang melimpah ruah. Belum lagi jatah bulanan dengan menu ‘konsisten’-tahu-tempe, sayur, seiris ikan- yang biasanya kami ambil siang dan malam, dijadikan satu saat berbuka puasa. Subhanallah…

Akhir-akhir ini nafsu makan saya menurun drastis perkara beberapa sebab, membuat saya kurang nafsu makan nasi, namun mengambil lauk lebih banyak. Makin berbobot dibandingkan biasanya, nasi menggunung, lauk sejumput.. hehe…

Irit :
Selama ini, urusan makan kami mengeluarkan uang untuk katering bulanan, membeli beras dan membeli gorengan untuk sarapan. Adanya puasa, kami bisa mengirit beberapa sektor. Beras, tentu bisa mengirit jika delapan penghuni kontrakan sahur di masjid juga, yang biasa nanak beras tiga kali jadi dua kali bahkan sekali. Untuk sarapan, sudah tentu kami tidak mau serta merta membatalkan puasa dengan sarapan. Pengeluaran yang lain bisa diirit dari sektor jajan di kampus, pasti tentu nggak kami lakukan. 

Usut punya usut, soal sedekah makanan, muslim di Manado yang notabenenya orang yang nggak ragu soal mengeluarkan uang, juga nggak ragu soal sedekah. Begitu pula sedekah makanan. 

Saat pertama kali diumumkan bahwa tahun ini Ramadhan tidak ada menu sahur, beberapa orang khawatir dan bingung. Uniknya, bukan (kami) para pencari sahur yang resah, melainkan warga yang mau bersedekah. Mereka protes, mereka ingin menyediakan menu sahur. Setelah urun rembug, maka diputuskan ada menu sahur gratis lagi di masjid. Alhamdulillah, kami tersenyum.

Hanya saja, rejeki itu tidak tahu datangnya darimana. Kadang bisa datang, kadang ditunda. *merenungi tadi pagi tidak kebagian nasi, Alhamdulillah di kos ada nasi... :)


Amal kita, hanya untuk Allah…
Sedekah kita, sebagai rasa nikmat oksigen milyar liter yang telah kita hirup…

4 komentar:

  1. suka deh.. kamu nulis lagi... (hahhaha)..

    BalasHapus
  2. ihiiirr....
    rani kangen toni reekkk..
    *PLAK!

    klo di sby boi, cobalah kau untuk menekuni hobi safari masjid. Tak tujuannya buat nyari menu yang variatif boi :P

    BalasHapus
    Balasan
    1. itu maksude "...tak lain tujuannya..."

      Hapus
    2. hahhaaa... enak boi, bisa safari masjid disana.
      kalau disini, bisa2 nyasar sampe taman safari, nggak nemu masjid yang nyediakan sahur ... :)

      Hapus

Silahkan sempatkan untuk memberi komentar..

jagoBlog.com