Jumat, Maret 02, 2012

Ujian, Tradisi Penentu Intelektualitas


Kuliah merupakan pilihan utama siswa usai menamatkan belajar di bangku SMA. Ada banyak pilhan untuk kuliah. Ingin studi di universitas swasta, universitas negeri maupun sekolah tinggi kedianasan. Penawarannya, jika memilih kuliah di swasta, konsekuensi yang Anda pikul tentu soal biaya dan akreditasi. Jika pilihan jatuh di perguruan tinggi negeri, beban kuliah sebagian besar mendapat subsidi dari negara. Namun jika pilihan Anda masuk sekolah tinggi kedinasan, Anda diberi fasilitas kuliah gratis, lulus langsung bekerja. Apakah masih ada yang demikian? STAN (Sekolah Tinggi Akuntansi Negara) adalah salah satu pilihannya.
Menempuh perkuliahan di sekolah dinas dibawah naungan kementrian keuangan ini memang berbeda dengan system perkuliahan di universitas/pendidikan tinggi lain./ jika mahasiswa lain memiliki kebebasan memilih jumlah kredit semester, terkadang dosen maupun jam kuliah bisa memilih sesuka hati, tidak dengan mahasiswa STAN. Semua di STAN sudah diatur oleh system. Mahasiswa-mahasiswa STAN tinggal menerima dan menjalani.
Salah satu system yang unik di pendidikan STAN, juga tidak berbeda di tempat lain adalah tolok ukur ketercapaian materi kuliah dan pembobotan jenis ujian. Rata-rata, system pendidikan di Indonesia memiliki tolok ukur pencapaian prestasi di penghujung masa pendidikannya. UNas, UTS maupun UAS adalah penentu akhir selama pendidikan. STAN juga demikian, 80 % dari 100% nilai per semester merupakan hasil UTS dan UAS, masing-masing 40%. Alhasil, 2 waktu itu menjadi ‘even’ besar bagi mahasiswa STAN untuk memperjuangkan nilai yang terbaik. Acapkali, juga menjadi momok yang terkadang memaksa mereka untuk berkali-kali menyeduh kopi untuk menemani begadang belajar ujian.
Dua even itu pula pun menjadi keramat. Banyak pantangan-pantangan yang harus dihindari agara UTS dan UAS lancer. Beberapa diantaranya makan sambal di pagi hari, tidur terlalu malam, begadang dan hal lain yang bisa menghambat konsentrasi saat mengerjakan ujian keesokan harinya. Andai saja halangan tersebut terjadi, maka 80% nilai mahasiswa akan terancam. Ritual lain biasanya meningkatkan rutinitas ibadah-ibadah sebagai siraman ruhani mereka.
Sebesar 20% yang lain, merupakan penilaian aktivitas kelas dan tugas-tugas sehari-hari. Ironi memang, mahasiswa masuk tiap hari kuliah hingga 16 kali pertemuan, hanya menempati bobot 20 % nilai. Sedangkan dua hari ujian (UTS dan UAS) akan mempertaruhkan perjuangan kita.
Fakta lain, jika kita mengamati soal-soal ujian, ada beberapa jenis soal. Pertama, pilihan ganda, ada pula tipe soal menilai suatu pernyataan benar atau salah, serta tipe soal esai. Prosentase penilaiannya memang lebih besar essay, namun itupun tidak lebih dari angka 40%. Namun sebenarnya, dengan essai pemahaman kita dituntut baik.
Beda halnya dengan dua tipe jenis sebelumnya, pilihan ganda maupun pilihan benar salah. Bagi yang paham, hal itu tidak jadi masalah. Meskipun terkadang apabila ketika konsentrasi siswa tersebut terganggu, ada kemungkinan menyilang/memilih jawaban yang tidak tepat. Namun bagi yang tidak memahami, soal tipe ini bagaikan tipe soal probabilitas. Kalau beruntung, dia benar, kalau salah mujur tidak didapatnya. Rangkaian soal-soal ini sangat berpengaruh terhadap keluarnya nilai seseorang mahasiswa di akhir semester.
Personalan demikian bukan hanya terjadi di kalangan mahasiswa saja. Sejak usia dini, sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA) pula ada Ujian Nasional. Ujian ini juga penentu akhir lulus tidaknya seorang siswa, meskipun dirinya meraih prestasi di bangku kuliah, namun karena factor ‘X’, dia bisa saja gagal menjawab baik. Meskipun saat ini system ini sudah diperbaiki, namun masih memiliki proporsi yang besar dalam penentu intelektual seseorang.
Menyikapi hal ini, bukan saatnya kita menyalahkan system yang ada. Hanya saja, kita perlu persiapan yang jauh lebih matang untuk menghadapi UTS dan UAS maupun Ujian Nasional bagi yang masih di bangku sekolah. Kita sebagai generasi penerus bangsa harus mempersiapkan segala ujian jauh-jauh hari. Kemungkinan factor ‘X’ meskipun ada, namun peluangnya kecil. Kita berharap, semua akan berjalan dengan lancar hingga mendapatkan nilai sebaik-baiknya.

ditulis karena sedang terbakar hasil UTS ^^ semoga bisa istiqomah meningkat 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan sempatkan untuk memberi komentar..

jagoBlog.com