Minggu, April 20, 2014

Catatan Perjalanan Pulau Samalona

Weekend di pertengahan April ada libur panjang tiga hari. Bagi saya yang tidak bisa pulang kampung, ya saya jadwalkan untuk jalan-jalan, meskipun belum tau kemana. Eh secara kebetulan, teman saya si Ardi datang dari kota nan jauh disono (lebay) bernama Majene, yak! Niatannya ke Makassar mau ngambil barang titipan di temannya sekaligus mau liburan di Makassar. Wah kebetulan. Saya ngajak personel dari kos si Dafit, dia mau. Jadilah hari Jumat setelah shalat Jumat saya dengan Dafit berangkat ke benteng Fort Rotterdam dan Pulau Losari, sedangkan si Ardi dan temannya dari Salatiga, si Agung sudah berangkat dari pagi.
Sunset di Losari

Duo KPDDP Jawa di Makassar

Usai “menikmati” kawasan pantai Losari juga setelah mencicipi kuliner pisang epe, akhirnya terbesit rencana keesokan harinya untuk menyeberang ke pulau sebelah. Ada banyak pulau, tapi yang paling favorit jujugan pengunjung itu pulau Samalona. Malam itu juga saya menghubungi teman-teman yang berminat ikut ke Pulau Samalona. Terkumpul ada tujuh orang yang ikut. Agak disayangkan juga sih, karena perahu yang kami tumpangi nanti bisa muat 8-10 orang, itu artinya iurannya juga makin dikit, hehe…

menikmati pisang epe, pisang dibakar dikasi kecap :D

Keesokan harinya, pagi hari kami sudah di sekitaran benteng Fort Rotterdam. Akses menuju benteng sekaligus penjara Pangeran Diponegoro ini sebenarnya cukup mudah, hanya saja angkot (di Makassar istilahnya pete-pete) dari Sentral menuju Fort Rotterdam tidak ada. Kami memutuskan jalan kaki menyusuri jalanan ibukota provinsi Sulawesi Selatan ini hingga akhirnya kami menemukan kawasan benteng Fort Rotterdam. Dari sini lah kami menyeberang perahu.

Si Eko menikmati keindahan samudera ciee....

Harga sewa perahu relatif terjangkau, bisa juga dinego, apalagi rame-rame. Sekitar 300-400 ribu sudah bisa dapat 2 atau 3 pulau sekaligus. Oya, satu pesan saya nih, disini yang nawari perahu banyak dan agak “ganas” nawarinnya. Kalau sudah nego harga, orang sana dianggap sudah deal. Berhati-hatilah, kalau nggak jadi bilang saja nggak jadi, kalau kecewa bisa berantem ntar. Hehe..
Keceriaan di setelah shock! 

Lanjut, setelah diskusi panjang dengan bapak pemilik kapal, akhirnya kita sepakat berangkat. Pertama kali yang bisa kita lihat (saja) nampak pulau Lae-lae. Pulau ini lumayan luas, dan berpenduduk. Kami sempat mengamati, terdapat masjid juga di dalam pulau, di depannya juga terdapat banyak rumah bagus. Kami tidak mampir karena kami rasa tidak ada yang bisa kita dapatkan dari pulau ini, akhirnya kami lanjutkan ke pulau Samalona. Sesampainya di Samalona, kami ditinggal dulu sama perahunya, karena dia mau cari penumpang lagi. Setelah minta nomer hp bapaknya itu, ditinggallah kami “terdampar” di pulau Samalona.

Papan tanda "pemilik" pulau

Pulau Samalona merupakan pulau kecil, dengan pinggiran pasir putih bersih yang menawan, serta dikelilingi terumbu karang yang cukup bagus. Cuman menurut saya, spot untuk snorkeling masih bagus di Taman Laut Bunaken, baik dari terumbu karangnya maupun dari ikan yang bisa dilihat. Meski demikian, banyak juga lho yang snorkeling. Kalau pingin katanya tinggal sewa alatnya kalau tidak salah sekitar 50 ribu.
Banyak juga yang snorkeling, kalau saya masih oke yang di Bunaken :D

Di Samalona, apa-apa yang harusnya gratis bisa bayar. Tempat duduk dari bamboo saja yang ditutupi terpal, yang di Jawa mungkin itu jadi tempat duduk gratis bisa jadi bayar. Dua kursi disewa seharian harganya 100ribu. Mahal yak? Haha yasudahlah. Kita sudah terlanjur minta antar ibunya untuk liat tempat duduknya seperti apa, jadi kalau batal malah bikin kecewa. Oya, selain kursi, bisa juga sewa rumah. Harganya saya lupa tanya, kemungkinan ya ratusan mungkin hampir menyentuh 1 juta.
Mengelilingi Pantai

Oya, di pulau ini kalian cuman perlu waktu 30 menit untuk mengelilingi pulau ini. Aktivitas yang bisa dilakukan ya berenang, nyantai di kursi yang sudah disewa, snorkeling, diving, main pasir atau utamanya foto-foto, haha..

Soal makanan, penjual di pulau ini menawarkan berbagai makanan. Ada gorengan-gorengan (pisang goreng dan sukun yang dicocol sambal), ikan bakar, berbagai nasi, kelapa muda juga. Rata-rata harga di Samalona selisih 10 ribu (weeew) dengan di Makassar. Padahal Makassar dengan hombes Jawa aja sudah selisih 5 ribuan, hahaha.. kami hanya membeli gorengan 30 ribu, dikeroyok kami bertujuh. Sempat ditawari kelapa muda, cuman harganya 20 ribu, bisa-bisa dompet saya jadi haus juga.
Hap hap!

Puas bermain-main di pantai, kami beristirahat di tempat duduk sewa tadi sembari menunggu perahu jemputan datang. Meski ada terpal di atas tempat duduk ini, tapi panasnya tetap saja menyengat. Jam 4 sore, akhirnya perahu kami datang dan berakhirlah jelajah pulau Samalona ini ditandai dengan injakan kaki kami di daratan pulau Celebes lagi.

latar belakang langit dan laut biru, dari kejauhan nampak kota Makassar

beberapa koleksi foto: 
Dari kamera punya si Ardi.
 Mereka hendak diving lho...

 Kerennya perpaduan putihnya pasir, biru laut dan lukisan awan di langit, subhanallah!

 taraaaa... *oposih!

 Jawa di Samalona

 Mau pulang ke Jawa

 ini yang bikin gosong 

Jawa keliatan ya di seberang itu? | depan itu Makassar mas!

Rincian estimasi biaya:
-          Angkot di Makassar        : Rp. 4.000
-          Perahu ke pulau-pulau     : Rp. 400.000 PP  tergantung nego harga, satu perahu muat hingga 10 orang
-          Retribusi masuk pulau      : gratis
-          Alat snorkeling                  : Rp. 50.000

3 komentar:

  1. Tuhkan. Jadi males deh main ke Makassar. *dikeplak*

    AAAAAAAAACK KAYAKNYA LAUTNYA BAGUS DEEEEHHH :(

    BalasHapus
  2. hahahhahahaaa..... dilarang ngiri :p

    BalasHapus
  3. end of the year semoga bisa ke makassar.. siapin penginapan yak :P

    BalasHapus

Silahkan sempatkan untuk memberi komentar..

jagoBlog.com