Sabtu, Januari 22, 2011

Tangan Mungil Berdebu itu, Adik Kita..

di jari-jari mungil itu, koran-koran pagi tadi digenggam erat, dan tetap dijajakan….
mata kecil itu, menebar sayu di perempatan jalan…
jari mungil dan mata kecil itu, masih adikku…                       
                          

Selintas  bait kata diatas memberi kesan dan citraan, kalau masih banyak adik-adik seumuran balita hingga sekolah dasar, yang ‘bermain’ koran-koran jajakan, recehan koin-koin, senyuman pahit dan pandangan sayu menatap iba pengendara motor yang menanti detik-detik lampu merah berakhir. 
Adik - adik mungil itu juga sering saya temui di pelataran masjid salah satu kampus di Surabaya. Aktivitasnya sama, menjajakan koran. Ketika pertanyaan terlontar dari mulut saya, apakah adik si penjaja koran itu dari pagi berada di kawasan kampus ini, dia menjawab kalem seraya mengangguk ragu, “He… eh mas.. “. Deg! artinya anak sekecil ini tidak bersekolah hanya untuk menjajakan koran? hanya untuk menengadahkan tangan di perempatan jalan? Merelakan masa depan cerah mereka untuk melakukan rutinitas tak tentu ini, untuk apa ?

Lalu adik itu duduk sejajar dengan saya, dengan polos dia berbalik tanya. “Kak, kakak kan kuliah, pinter kan ya? kalo pinter, gimana caranya kak saya bisa belajar di sekolah kayak kakak
Deg! kaget dengan pertanyaan bertubi dari tubuh mungil ini.  Sekali lagi ditegaskan, dia bertanya -yang ditranslasikan dalam bahasa intelektual -, “ Apa peran kakak mahasiswa untuk membantu adiknya yang kurang beruntung?”. Sebuah tantangan dari adik-adik penjaja koran di pelataran masjid untuk mahasiswa yang mampu berpikir intelektual dan memiliki softskill yang berkembang. 
Ya! Sudahkah titel tambahan ‘MAHA’ sebagai bentuk penghargaan sosial kepada pelajar muda Indonesia benar-benar dimaknai? Pertanyaan ini sejalan dengan fungsi mahasiswa dalam mengabdi dan berperan dalam pembangunan negara, sesuai dengan apa yang telah diamanahkan pemuda pada masa kemelut kemerdekaan.

Sejarah mencatat, pemuda telah berani membangun peradaban baru dengan lahirnya Budi Utomo, sebagai organisasi kepemudaan dengan basis mahasiswa sebagai pendirinya. Dalam catatan sejarah selanjutnya, pemuda jua lah yang berani bersumpah! Dirinya satu tumpah darah, satu bangsa dan satu bahasa persatuan, melebur dan terangkai satu, Indonesia. Inilah secara resmi penggunaan kata Indonesia pertama, termaktub dalam ikrar pemuda Indonesia 28 Oktober 1928. Peran pemuda begitu berarti hingga dalam sejarah proklamasi, golongan muda dengan berani menculik Sukarno dan Hatta dengan maksud memfiltrasi dari pengaruh Jepang agar kemerdekaan segera diproklamirkan.
Sejarah pemuda Indonesia terus bergulir hingga kini jatuh pada mahasiswa millenium, yang dituntut untuk lebih maju dalam memegang peranan membangun bangsa Indonesia. Namun catatan perjalanan mahasiswa Indonesia tergores pena kelam, ketika akhir-akhir ini begitu banyak aksi mahasiswa mengkritisi kinerja pemerintahan yang ricuh dengan aparat kepolisian. Aksi mahasiswa yang ricuh tersebut sudah tentu membuat citra mahasiswa semakin meredup, semakin jauh dengan apa yang dicita-citakan oleh pemuda Indonesia terdahulu, semakin jauh dengan makna Sumpah Pemuda yang berjanji akan menyatu dalam seluruh aspek kebangsaan. 
Lalu, kenapa harus berakhir ricuh? Toh, akhirnya tujuan kita sebagai bagian dari bangsa Indonesia itu sama, yakni mengentaskan segala permasalahan sosial dan kesejahteraan masyarakat.

Aksi turun jalan sudah seharusnya disinergikan dengan aksi turun tangan menyayangi teman-teman kita meski hanya sekedar receh di perempatan jalan. Sebuah kontribusi pemuda dalam mengentaskan masalah sosial masyarakat. “Kecil dari kita, emas bagi mereka”.
Semoga bermanfaat, membuka hati kita. Meski kuliah di kampus teknik, ITS Surabaya, tapi jiwa sosial kita jangan disingkirkan ya..
Terima kasih.


Muflih Fathoniawan
sumber gambar : taufik79.wordpress.com, oktasihotang.com, media.causes.com, akhwatsangpropaganda.blogspot.com

NB : Bukan bermaksud promosi kawan, hanya sosialisasi :) . Bagi teman-teman yang menilai tulisan saya ini menarik, mohon dibantu untuk memberi like pada postingan saya ini. Caranya :



- Anda masuk Facebook dulu, search Kominfo Himasika, terus silahkan di add as friend.
- Setelah itu, silahkan cari link tulisan ini di wall akun FB Kominfo Himasika atau cari nama saya Muflih Fathoniawan. Kemudian like disana.
Atau akses link ini http://satupetualang.blogspot.com/p/cara-mendukung-blog-ini-dalam-pbc-2011.html

Insya Allah dengan begitu anda menilai saya dan mengamanahkan kepada saya untuk menjadikan blog saya sebagai blog favorit. Dan terima kasih atas kesediaannya, semoga Tuhan membalas kebaikan Anda. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan sempatkan untuk memberi komentar..

jagoBlog.com