Hari terakhir pekan keempat bulan Januari ini mungkin menjadi hari yang membahagiakan bagi sivitas akademika kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Saya pun juga demikian.
Pasalnya, saat saya mengecek berita di website ITS, tiba-tiba saya tertarik pada berita yang banjir saat itu. Ini cuplikan yang membuat saya terperangah (hehe..) dan bangga! (kampus gue gitu loh…)
“……….ITS menempati urutan pertama perguruan tinggi Indonesia dalam pemeringkatan Webometrics, berdasarkan publikasi Repositori Institusi. Tahun ini, ITS menempati urutan ke-64, loncat jauh dari posisi ke-227 pada Juli 2010……… “ (www.its.ac.id)
Ya, berdasarkan hasil reportase yang ditulis oleh rekan saya, mbak Lisana “Icha” Siddiqina, menyebutkan bahwa ITS kini tengah menunjukkan taringnya dalam bidang publikasi Repositori Institusi, seperti yang telah disebutkan, peringkat wahid di Indonesia, urutan ke-64 di Dunia.
Tapi sebelum membahas terlalu jauh, kawan-kawan sudah paham pengertian Repositori Institusi?
Kalau paham saya, repository Institusi adalah fasilitas / infrastruktur penting sebagai penyedia akses terbuka dari hasil-hasil penelitian suatu institusi. Selain itu, Repositori Institusi juga dipakai sebagai media penyimpanan hasil karya akademis oleh suatu institusi.
Nah, menurut blog seorang dosen Undip (hehe, gag papalah nyasar-nyasar cari sumber, yang penting ilmu dan manfaat, Amin!) mengemukakan bahwa repository institusi tumbuh sejak tahun 2002 ketika banyak universitas terkemuka mulai mengembangkan system repository bagi hasil-hasil penelitiannya. Universitas-universitas berbasis riset di Amerika (seperti MIT dan Cornell Univeristy) menggunakan DSpace sebagai sistem IRnya dan di Inggris (seperti Southampton dan Oxford University) menggunakan Eprints. (sugengpri.blog.undip.ac.id)
Di dapat masih dari sumber yang sama, oleh Foster dan Gibbons (2005), repository institutsi didefinisikan dengan : “an electronic system that captures, preserves and provide access to the digital work products of a community (suatu sistem elektronis yang mengelola, menyimpan dan menyediakan akses ke hasil karya digital dari suatu komunitas)”
Yap! Berarti pemahaman saya pada 2 paragraf di atas tidak jauh beda dengan pendapat Om Foster dan Om Gibbons, yang berarti media/system elektronik yang berhubungan dengan pengelolaan, penyimpanan, dan akses hasil karya penelitian suatu institusi.
Nah, kalau begitu, siapa yang memegang peranan dalam system tersebut. Tak lain tak bukan (kalau di ITS) itu UPT Perpustakaan. Drs Mansur Sutedjo SIP, Kepala UPT Perpustakaan, tidak bias menutupi kegembiraannya.
“Alhamdulillah, saya senang dan bangga,” ucap Pak Mansur senang, seperti yang dilansir pada website ITS.
Pencapaian ITS khususnya tim UPT Perpustakaan tidak lah mudah. Beberapa kriteria harus dicapai, yang mencakup jumlah halaman yang tertangkap di situs pencarian (size), jumlah backlink (visibility), jumlah file dokumen (rich files) serta jumlah paper dan sitasi di Google Scholar (Scholar). Dan sudah sewajarnya Pak Mansur bangga, karena pihaknya berusaha keras agar repositori di http://digilib.its.ac.id dapat lebih nyaman dan sering diakses.
Saya juga turut senang mendengar kabar demikian, setidaknya ITS mulai nampak di kancah Internasional dan memijak satu langkah ke depan dalam mengejar visi untuk menjadi perguruan Riset kelas Dunia!
Euforia itu Boleh, tapi Visi ke Depan itu Harus!
Kemenangan ini bukan milik UPT Perpustakaan saja, tapi juga kemenangan bersama milik seluruh komponen ITS Surabaya.
Tapi kita (terutama saya, sebagai mahasiswa-nya) jangan terlena dengan kesenangan ini. Anggap saja ini adalah pemberian Tuhan Yang Kuasa atas kerja keras akademika ITS membangun kampusnya, dan harapannya terus melebarkan sayap prestasi ke bidang-bidang yang lain.
Repositori Insitusi sudah menuai kemenangannya (dan harus dipertahankan). Dan saya harap, yang lain bias ‘ngiri’ dan bersaing mendapatkan posisi empuk di kancah akademika Internasional.
Saya ingat, ada dosen yang berkata saat Informasi dan Pengenalan ITS, bahwa musuh kita bukan jurusan lain, tapi musuh kita adalah kampus lain, ITB, UI, UGM, dll… Nah, kini saya berpikir, dengan diraihnya prestasi gemilang ini, saya ingin menyampaikan :
“Bahwa saat ini musuh ITS bukan lagi ITB, UI, UGM dan perguruan tinggi lain di Indonesia, tapi MIT, Todai, Harvard University dan kampus lain di seluruh dunia “
Mustahil kah?
Bukankah Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono sedang menunggu ITS mengamuk?
Semoga Bermanfaat. Terima kasih.
Muflih Fathoniawan
NB : Bukan bermaksud promosi kawan, hanya sosialisasi :) . Bagi teman-teman yang menilai tulisan saya ini menarik, mohon dibantu untuk memberi like pada postingan saya ini. Caranya :
- Anda masuk Facebook dulu, search Kominfo Himasika, terus silahkan di add as friend.
- Setelah itu, silahkan cari link tulisan ini di wall akun FB Kominfo Himasika atau cari nama saya Muflih Fathoniawan. Kemudian like disana.
Atau akses link ini http://satupetualang.blogspot.com/p/cara-mendukung-blog-ini-dalam-pbc-2011.html
Insya Allah dengan begitu anda menilai saya dan mengamanahkan kepada saya untuk menjadikan blog saya sebagai blog favorit. Dan terima kasih atas kesediaannya, semoga Tuhan membalas kebaikan Anda. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan sempatkan untuk memberi komentar..