Weekend di pertengahan April ada libur panjang tiga hari.
Bagi saya yang tidak bisa pulang kampung, ya saya jadwalkan untuk jalan-jalan,
meskipun belum tau kemana. Eh secara kebetulan, teman saya si Ardi datang dari
kota nan jauh disono (lebay) bernama Majene, yak! Niatannya ke Makassar mau
ngambil barang titipan di temannya sekaligus mau liburan di Makassar. Wah
kebetulan. Saya ngajak personel dari kos si Dafit, dia mau. Jadilah hari Jumat
setelah shalat Jumat saya dengan Dafit berangkat ke benteng Fort Rotterdam dan
Pulau Losari, sedangkan si Ardi dan temannya dari Salatiga, si Agung sudah
berangkat dari pagi.
Sunset di Losari
Duo KPDDP Jawa di Makassar
Usai “menikmati” kawasan pantai Losari juga setelah
mencicipi kuliner pisang epe, akhirnya terbesit rencana keesokan harinya untuk
menyeberang ke pulau sebelah. Ada banyak pulau, tapi yang paling favorit
jujugan pengunjung itu pulau Samalona. Malam itu juga saya menghubungi
teman-teman yang berminat ikut ke Pulau Samalona. Terkumpul ada tujuh orang
yang ikut. Agak disayangkan juga sih, karena perahu yang kami tumpangi nanti
bisa muat 8-10 orang, itu artinya iurannya juga makin dikit, hehe…
menikmati pisang epe, pisang dibakar dikasi kecap :D
Keesokan harinya, pagi hari kami sudah di sekitaran benteng
Fort Rotterdam. Akses menuju benteng sekaligus penjara Pangeran Diponegoro ini
sebenarnya cukup mudah, hanya saja angkot (di Makassar istilahnya pete-pete)
dari Sentral menuju Fort Rotterdam tidak ada. Kami memutuskan jalan kaki
menyusuri jalanan ibukota provinsi Sulawesi Selatan ini hingga akhirnya kami
menemukan kawasan benteng Fort Rotterdam. Dari sini lah kami menyeberang
perahu.
Si Eko menikmati keindahan samudera ciee....
Harga sewa perahu relatif terjangkau, bisa juga dinego,
apalagi rame-rame. Sekitar 300-400 ribu sudah bisa dapat 2 atau 3 pulau
sekaligus. Oya, satu pesan saya nih, disini yang nawari perahu banyak dan agak “ganas”
nawarinnya. Kalau sudah nego harga, orang sana dianggap sudah deal. Berhati-hatilah,
kalau nggak jadi bilang saja nggak jadi, kalau kecewa bisa berantem ntar. Hehe..
Lanjut, setelah diskusi panjang dengan bapak pemilik kapal,
akhirnya kita sepakat berangkat. Pertama kali yang bisa kita lihat (saja) nampak
pulau Lae-lae. Pulau ini lumayan luas, dan berpenduduk. Kami sempat mengamati,
terdapat masjid juga di dalam pulau, di depannya juga terdapat banyak rumah
bagus. Kami tidak mampir karena kami rasa tidak ada yang bisa kita dapatkan
dari pulau ini, akhirnya kami lanjutkan ke pulau Samalona. Sesampainya di
Samalona, kami ditinggal dulu sama perahunya, karena dia mau cari penumpang
lagi. Setelah minta nomer hp bapaknya itu, ditinggallah kami “terdampar” di
pulau Samalona.
Papan tanda "pemilik" pulau
Pulau Samalona merupakan pulau kecil, dengan pinggiran pasir
putih bersih yang menawan, serta dikelilingi terumbu karang yang cukup bagus. Cuman
menurut saya, spot untuk snorkeling masih bagus di Taman Laut Bunaken, baik
dari terumbu karangnya maupun dari ikan yang bisa dilihat. Meski demikian,
banyak juga lho yang snorkeling. Kalau pingin katanya tinggal sewa alatnya
kalau tidak salah sekitar 50 ribu.
Di Samalona, apa-apa yang harusnya gratis bisa bayar. Tempat
duduk dari bamboo saja yang ditutupi terpal, yang di Jawa mungkin itu jadi
tempat duduk gratis bisa jadi bayar. Dua kursi disewa seharian harganya
100ribu. Mahal yak? Haha yasudahlah. Kita sudah terlanjur minta antar ibunya
untuk liat tempat duduknya seperti apa, jadi kalau batal malah bikin kecewa. Oya,
selain kursi, bisa juga sewa rumah. Harganya saya lupa tanya, kemungkinan ya
ratusan mungkin hampir menyentuh 1 juta.
Oya, di pulau ini kalian cuman perlu waktu 30 menit untuk
mengelilingi pulau ini. Aktivitas yang bisa dilakukan ya berenang, nyantai di
kursi yang sudah disewa, snorkeling, diving, main pasir atau utamanya
foto-foto, haha..
Soal makanan, penjual di pulau ini menawarkan berbagai
makanan. Ada gorengan-gorengan (pisang goreng dan sukun yang dicocol sambal),
ikan bakar, berbagai nasi, kelapa muda juga. Rata-rata harga di Samalona
selisih 10 ribu (weeew) dengan di Makassar. Padahal Makassar dengan hombes Jawa
aja sudah selisih 5 ribuan, hahaha.. kami hanya membeli gorengan 30 ribu,
dikeroyok kami bertujuh. Sempat ditawari kelapa muda, cuman harganya 20 ribu,
bisa-bisa dompet saya jadi haus juga.
Puas bermain-main di pantai, kami beristirahat di tempat
duduk sewa tadi sembari menunggu perahu jemputan datang. Meski ada terpal di
atas tempat duduk ini, tapi panasnya tetap saja menyengat. Jam 4 sore, akhirnya
perahu kami datang dan berakhirlah jelajah pulau Samalona ini ditandai dengan
injakan kaki kami di daratan pulau Celebes lagi.
latar belakang langit dan laut biru, dari kejauhan nampak kota Makassar
Kerennya perpaduan putihnya pasir, biru laut dan lukisan awan di langit, subhanallah!
taraaaa... *oposih!
Jawa di Samalona
Mau pulang ke Jawa
ini yang bikin gosong
Jawa keliatan ya di seberang itu? | depan itu Makassar mas!
beberapa koleksi foto:
Dari kamera punya si Ardi.
Mereka hendak diving lho...Kerennya perpaduan putihnya pasir, biru laut dan lukisan awan di langit, subhanallah!
taraaaa... *oposih!
Jawa di Samalona
Mau pulang ke Jawa
ini yang bikin gosong
Jawa keliatan ya di seberang itu? | depan itu Makassar mas!
Rincian estimasi biaya:
-
Angkot di Makassar : Rp. 4.000
-
Perahu ke pulau-pulau : Rp. 400.000 PP tergantung
nego harga, satu perahu muat hingga 10 orang
-
Retribusi masuk pulau : gratis
-
Alat snorkeling :
Rp. 50.000
Tuhkan. Jadi males deh main ke Makassar. *dikeplak*
BalasHapusAAAAAAAAACK KAYAKNYA LAUTNYA BAGUS DEEEEHHH :(
hahahhahahaaa..... dilarang ngiri :p
BalasHapusend of the year semoga bisa ke makassar.. siapin penginapan yak :P
BalasHapus