Suara Rakyat Kecil untuk Ahok
Kalau saya sedang browsing dan kebetulan koneksi sedang ngebut, saya selalu sempatin untuk liat video sepak terjang pak Jokowi dan Pak Basuki (Ahok) sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta. Video yang diupload akun dengan nama PemprovDKI ini beberapa saya download dan saya simpan di harddisk.
Saya paling tertarik kalau Ahok lagi marah-marah sama stafnya sendiri. Ya, terang aja ya marah, anggaran yang kecil-kecil di mark up (dilebih-lebihkan) hingga 3 sampe 4 kali, bahkan yang seharusnya nggak ada jadi malah ada. Yang harusnya untuk gaji orang kecil, malah dikurangin sama akal-akalan pejabat dinas. Yang paling koplak #dan favorit saya, yang ini:
Di video itu, mereka sedang rapat anggaran Dinas PU. Si Ahok dengerin si Kepala Dinas PU yang botak itu (maaf nggih pak, saya sebut botak karena identik pak dengan yang lain, hehe) yang lagi presentasi anggaran dinasnya. Ketika si Ahok menanyakan detail anggaran "nggak jelas" seperti: Perencanaan Pemeliharaan bla bla blaa, atau Pengarsipan data dan Pembangunan sistem data Elektronik (bahasa arek teknik mudah: scanning). Ahok menanyakan itu, kontan semua ruangan bingung. Celingak celinguk, tolah toleh. Kayak nggak paham banget dengan apa yang ia tulis dan ia presentasikan. Untunglah, Ahok bisa nahan emosi saat itu. Saya, malah cekikan liat si kepala Dinas yang kagak tau scanner itu berapa, seberapa ukurannya dan (mungkin) nggak tau buat apa sebenarnya. Haha... padahal dia bukan anak SMA lagi ya, wong saya yang orang cilik aja tau dari SMA kalau scanner itu paling banter 5 juta lah ya.. Bisa-bisanya dimark up awalnya sampai 600 juta. Terus ketauan Ahok boongnya, diturunin jadi 170juta, hanya untuk beli scanner. Ukurannya A4, A3, A2 aja bingung, padahal mereka sehari-hari kerjaanya ya sama kertas-kertas besar itu. Apalagi mereka rata-rata anak teknik, kuliah di kampus yang mentereng, masak ukuran kertas aja celingukan. Setahu saya nih pak, scanner,fotokopi sama printer itu "cuman" 5-7 juta maksimal dengan merek terbaik. Kalau saya, 170 juta rupiah, mending beli mobil daripada printer. Haha...
Anehnya lagi, Dinas sekeren PU belum punya scanner kawan. Oh! Selama ini kemana aja, bung! Ke laut?
Saya mulai berpikir, nampaknya kegiatan markup anggaran, mengambil jatah dari APBN/APBD nampaknya nggak hanya berlaku di jajaran dinas DKI saja. Siapa yang nggak tergoda melihat uang gede-gede hasil iuran rakyat kecil, tanpa susah payah. Yang nggak tergoda, ya cuman yang hati aja. Untuk kali ini saja, kita tahu bagaimana pejabat-pejabat dinas mempermainkan uang kita. Sebelum-sebelumnya, gimana?
Sebagai rakyat kecil dan jelata, yang kadangkala "manja" dengan bantuan dan subsidi pemerintah, video ini seperti hal yang biasa saja. Tidak ada istimewanya. Namun sebagai pemuda, maupun sebagai anak bangsa, saya benar-benar interest soal video yang diunggah ini. Saya tidak tahu, untuk apa saya habiskan waktu "pengangguran" ini untuk menonton video dengan durasi puluhan menit, hingga kadangkala berjam-jam ini. Saya hanya merasa, ini aset dan bahan belajar selama "nganggur" ini untuk mempelajari gaya kepemimpinan seseorang. Saya apresiasi baik niatan pak Jokowi - pak Ahok ngunggah video rapat dan aktivitasnya di Youtube. Tidak hanya untuk pemuda, kalangan pejabat, atau praktisi dan pengamat politik saja. Namun, rakyat kecil dan jelata juga butuh tontonan ini. Setidaknya agar mereka tahu, orang-orang yang mereka pilih di bilik kecil itu, "ngapain aja sih kalau udah kepilih".
Tapi, semoga rakyat kecil juga punya internet yang memadai ya, Pak...
hehe..
Kalau saya sedang browsing dan kebetulan koneksi sedang ngebut, saya selalu sempatin untuk liat video sepak terjang pak Jokowi dan Pak Basuki (Ahok) sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta. Video yang diupload akun dengan nama PemprovDKI ini beberapa saya download dan saya simpan di harddisk.
Saya paling tertarik kalau Ahok lagi marah-marah sama stafnya sendiri. Ya, terang aja ya marah, anggaran yang kecil-kecil di mark up (dilebih-lebihkan) hingga 3 sampe 4 kali, bahkan yang seharusnya nggak ada jadi malah ada. Yang harusnya untuk gaji orang kecil, malah dikurangin sama akal-akalan pejabat dinas. Yang paling koplak #dan favorit saya, yang ini:
Di video itu, mereka sedang rapat anggaran Dinas PU. Si Ahok dengerin si Kepala Dinas PU yang botak itu (maaf nggih pak, saya sebut botak karena identik pak dengan yang lain, hehe) yang lagi presentasi anggaran dinasnya. Ketika si Ahok menanyakan detail anggaran "nggak jelas" seperti: Perencanaan Pemeliharaan bla bla blaa, atau Pengarsipan data dan Pembangunan sistem data Elektronik (bahasa arek teknik mudah: scanning). Ahok menanyakan itu, kontan semua ruangan bingung. Celingak celinguk, tolah toleh. Kayak nggak paham banget dengan apa yang ia tulis dan ia presentasikan. Untunglah, Ahok bisa nahan emosi saat itu. Saya, malah cekikan liat si kepala Dinas yang kagak tau scanner itu berapa, seberapa ukurannya dan (mungkin) nggak tau buat apa sebenarnya. Haha... padahal dia bukan anak SMA lagi ya, wong saya yang orang cilik aja tau dari SMA kalau scanner itu paling banter 5 juta lah ya.. Bisa-bisanya dimark up awalnya sampai 600 juta. Terus ketauan Ahok boongnya, diturunin jadi 170juta, hanya untuk beli scanner. Ukurannya A4, A3, A2 aja bingung, padahal mereka sehari-hari kerjaanya ya sama kertas-kertas besar itu. Apalagi mereka rata-rata anak teknik, kuliah di kampus yang mentereng, masak ukuran kertas aja celingukan. Setahu saya nih pak, scanner,fotokopi sama printer itu "cuman" 5-7 juta maksimal dengan merek terbaik. Kalau saya, 170 juta rupiah, mending beli mobil daripada printer. Haha...
Anehnya lagi, Dinas sekeren PU belum punya scanner kawan. Oh! Selama ini kemana aja, bung! Ke laut?
Saya mulai berpikir, nampaknya kegiatan markup anggaran, mengambil jatah dari APBN/APBD nampaknya nggak hanya berlaku di jajaran dinas DKI saja. Siapa yang nggak tergoda melihat uang gede-gede hasil iuran rakyat kecil, tanpa susah payah. Yang nggak tergoda, ya cuman yang hati aja. Untuk kali ini saja, kita tahu bagaimana pejabat-pejabat dinas mempermainkan uang kita. Sebelum-sebelumnya, gimana?
Sebagai rakyat kecil dan jelata, yang kadangkala "manja" dengan bantuan dan subsidi pemerintah, video ini seperti hal yang biasa saja. Tidak ada istimewanya. Namun sebagai pemuda, maupun sebagai anak bangsa, saya benar-benar interest soal video yang diunggah ini. Saya tidak tahu, untuk apa saya habiskan waktu "pengangguran" ini untuk menonton video dengan durasi puluhan menit, hingga kadangkala berjam-jam ini. Saya hanya merasa, ini aset dan bahan belajar selama "nganggur" ini untuk mempelajari gaya kepemimpinan seseorang. Saya apresiasi baik niatan pak Jokowi - pak Ahok ngunggah video rapat dan aktivitasnya di Youtube. Tidak hanya untuk pemuda, kalangan pejabat, atau praktisi dan pengamat politik saja. Namun, rakyat kecil dan jelata juga butuh tontonan ini. Setidaknya agar mereka tahu, orang-orang yang mereka pilih di bilik kecil itu, "ngapain aja sih kalau udah kepilih".
Tapi, semoga rakyat kecil juga punya internet yang memadai ya, Pak...
hehe..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan sempatkan untuk memberi komentar..